Beranda Panduan Wisata Siapa Pemilik Hallway: Sejarah dan Konsep

    Siapa Pemilik Hallway: Sejarah dan Konsep

    Anak muda yang ingin berkarya dan balajar berusaha, bisa datang ke Hallway dan berdiskusi dengan Bob.

    Salah satu konsep Hallway yaitu menggiatkan area kuliner

    YourBandung – Kalau bukan karena Hallway, ya apa lagi dong. Tiga tahun belakangan ini Pasar Kosambi yang dahulu hanya emak-emak yang meramaikan, telah berganti menjadi muda-mudi dengan fashion kekinian bahkan wisatawan dari Malaysia dan Singapura pun memohon untuk diantar ke sini. Ini pasar yang bagian depannya dipenuhi penjual kain, keripik camilan, bahan kebutuhan pokok harian dan baju-baju seragam anak sekolahan, kenapa bisa jadi daya tarik bagi muda mudi berdemografi yang biasanya ada di mall atau café jaman now? Kita bahas di sini Hallway di Lantai 2 Pasar Kosambi.

    “Tiga tahun ini Saya biarkan sebagai hidden place, agar pedagang di bawah [Lantai 1] seneng bisa banyak yang mengunjungi dan bertanya” — Bob Hallway

    Lokasinya memang tersembunyi dan harus melalui pasar modern yang sedikit old school dari kacamata generasi millennial dan Gen-Alpha. Parkir pun harus bareng dengan parkiran pasar, tapi itu tak menyurutkan pengunjung untuk menikmati nuansa kreativitas anak Bandung yang patut disimak ceritanya.

    Bukan Siapa-siapa, Hanya Bob

    Bob anak Gegerkalong, Bandung yang kuliah pun harus disarankan karena punya potensi bagus bila berkuliah. Selama sekolah dan kuliah, Bob suka musik dan punya band dan musik perkusian bersama kawan-kawan. Tahun 2023 ini Bob sudah berkeluarga dan baru berusia 33 tahun.

    Bob tidak berasal dari basic pendidikan manajemen atau design bahkan arsitektur, tapi sampai diundang sebagai dosen tamu di fakultas arsitektur itu yang bikin aneh. Bukan karena apa-apa tapi karena Hallway yang ia bangun. Bob yang mengawali langkah terwujudnya Hallway punya basic pendidikan di Seni Karawitan di ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) Bandung.

    Kosambi yang adalah pasar modern direnovasi terakhir tahun 1998 hingga 5 tingkat di atas lantai basementnya. Bob yang memiliki sebuah brand topi vintage, dan kawannya Robi, pindah ke Kosambi tahun 2017. Selama 15 tahun, lantai 2 sampai 6 tidak aktif dan terbengkalai. Pasar Juara sebagai perusahaan milik daerah yang mengelola Kosambi belum memiliki program revitasilisasi saat itu. Lalu Bob meminta izin pada PD Pasar untuk membuka 7 buah toko. Saat itu Pak Septi sebagai pimpinan PD Pasar mengizinkan dan akan membantu menguruskan perizinan dan Bob konsentrasi pada pengembangan 7 toko.

    Hallway pun dibangun 3 tahap karena berasal dari pendanaan terbatas dan patungan. Pampam dan Galih adalah dua orang yang ditambahkan pada tim inti. Mereka diajak Bob karena Bob yakin konsep ini bisa works dan kalau berjalan akan mengembalikan keuntungan dan benefit besar. Akhirnya terbentuk tim berisikan 4 orang sekawan ini, tanpa seorang mentor pun. Pure courage! Jadi, kalau disebut bukan siapa-siapa, rasanya under-rated sekali.

    Kosambi Kebakaran

    Tiga bulan dengan keberhasilan membangun 7 toko, malah terjadi kebakaran di Kosambi dan semua hampir habis terbakar. Mereka harus memulai dari nol lagi. Barang yang mereka miliki masih menyisakan harapan. Hasil penjualan dari 4 toko yang dimiliki Bob, Robi dan Galih dikumpulkan untuk renovasi lantai yang rusak karena terbengkalai dan kebakaran. Karena tidak ada pemodal, Bob berpikir untuk menyewakan 3 toko dari 7 toko yang dibangunnya. Tapi dengan perhitungan, hasil penyewaan 3 toko tidak akan cukup, dan akhirnya mengusulkan untuk menyewakan toko tambahan kepada PD Pasar.

    Pak Septi yang sangat suportif saat itu mengizinkan hingga penambahan hingga memiliki 20 toko untuk disewakan. Para pedagang di Kosambi secara keseluruhan pun memang perlu meningkatkan perputaran ekonomi kembali dan dengan konsep Hallway ini, saat itu harapannya tinggi untuk bisa bangkit lagi.

    Dengan patungan dari 4 orang ini, Hallway terus dibangun, dengan semangat “Lanjut! Gas! Gaskeun!” walau saat itu kondisinya sudah hangus !! Ini pelajaran pisan buat semua yang sedang berbisnis dimana niat tidak harus luntur, visi tidak harus ambruk walau dengan deraan dahsyat.

    Pendekatan Komunitas dan Influencer Ternyata Jitu

    Untuk memasarkan 20 toko itu, Bob merangkul influencer seperti Deki Sastra (Rawtype Riot), Kakang (Jurnal Risa), dan Poppy Sovia yang seorang pemeran/ actrees yang sudah sangat sering mewarnai perfilman Indonesia. Dengan merangkul tiga influencer ini, semua 20 toko dengan mudah dipenuhi tenant. Dari uang down payment sewa 20 toko tadi, maka pembangunan Lantai 2 Kosambi menjadi Hallway terwujud.

    Saat pembangunan pun sebetulnya dalam kondisi pembatasan karena Covid-19. Namun mereka tidak berhenti dan terus mewujudkan cita-cita dan impian mereka.

    Saat ini sudah ada 140 toko di Lantai 2 Kosambi bernama Hallway dan dimiliki 110 brand. Seiring berjalan waktu, proses alami terjadi dan pada bulan Oktober 2023 ini tersisa 50 tenant saja dengan penambahan sekitar 20 tenant baru.

    Salah satu konsep Hallway yaitu menggiatkan area kuliner

    Bob sedang mengurangi ruang dagang karena konsepnya bukan cuma mendatangkan pembeli seperti Pasar Kosambi yang dahulu, tapi sebagai ruang aktivasi komunitas. Beberapa ruang dagang ia sengaja tidak sewakan tahunan, tapi lebih kepada peruntukan aktivasi komunitas dengan event-event tematis.

    Bob sangat puas dengan capaiannya untuk bisa mewujudkan sebuah ekosistem kreatif anak Bandung, walau dia bukan dari kalangan yang dekat dengan pejabat atau pemegang kekuasaan yang sebelumnya menjadi topeng dunia kreativitas Bandung.

    Inspirasi Berkelanjutan

    Kalau ada pembangunan berkelanjutan, Bob mungkin wujud dari inspirasi berkelanjutan. Bob memiliki impian kuat untuk membuat ekosistem ekonomi kreatif yang murah. Ia terinspirasi oleh Pasar Santai Jakarta yang kuat di retail dan Food-Beverage industry tahun 2013, dan ada juga Pasar Cihapit di tahun yang sama. Lalu Bob menyebut Gudang Sarinah Jakarta yang kuat di area edukasi dan seni sebagai bagian dari inspirasinya untuk mewujudkan Hallway. Tak lupa ia pun mencontohkan Gudang Selatan Bandung yang juga adalah contoh ekosistem kreatif dan aktivasi komunitas.

    Dengan semua inspirasi tadi, Bob mencampurnya dengan ramuan yang ia konsepkan dalam bentuk Hallway yang dapat dilihat saat ini. Tiga unsur penting harus ada, yaitu edukasi bisnis retail, kreativitas, dan aktivasi komunitas.

    Salah satu pegiat lukis membuka usahanya di Hallway

    Lalu berlanjut kemana? Tak sedikit dari Kota Bandung yang melihat perkembangan positif dari Hallway sebagai ruang kreatif sekaligus bisnis berbasis komunitas. Beberapa pengusaha dan pengelola pasar mendatangi dan meminta bantuan Bob dan kawan-kawan untuk merevitalisasi tempat seperti Pasar Kosambi. Tak hanya itu, dari provinsi di Pulau Sumatera pun mendatangi Hallway dan meminta arahan karena memandang project ini sebagai success story.

    Ini yang dimaksud ‘dari inspirasi menjadi inspirasi’ atau sustainable inspiration.

    Bagaimana Cara Gabung Hallway

    Bob memiliki toko paling depan di Hallway dengan nama WearBobe Store. Tokonya tak akan luput dari pandangan karena tepat di jalan masuk ke Hallway dan menampilkan topi vintage dan fashion yang kece. Bob biasanya hadir di Wearbobe setelah dzuhur atau setelah lewat tengah hari. Ia aktif mencari market untuk menjadi tenant serta terus belajar di bisnis placemaking yang ia geluti yang semakin hari semakin berkembang.

    Anak muda yang ingin berkarya dan balajar berusaha, bisa datang ke Hallway dan berdiskusi dengan Bob. Hallway akan membantu pengusaha perintis dengan menjadi jembatan antara mereka dengan pemerintah yang mengelola Pasar Kosambi. Pengusaha muda ini dapat fokus dengan produk dan pengembangan konsep, sedangkan Hallway menyelesaikan urusan administrasi.

    Tapi tak semua tenant dijamin masuk jadi bagian Hallway, karena ada kriteria yang diwajibkan sebagai bagian dari kurasi. Kurasi ini adalah mekanisme yang diterapkan agar tenant tidak masuk keluar begitu saja. Ekosistem yang dibangun harus kokoh dan diperlihatkan dengan stabilitas. Kurasi ini meliputi kriteria:

    • Profile bisnis
    • Konsep toko
    • Profile owner
    • Market place harus punya.

    Itu informasi yang mungkin perlu dipahami dan juga bisa menjadi inspirasi buat pembaca YourBandung baik itu di Kota Bandung atau di Bandung Connection di kota lain.