Beranda Panduan Wisata Ke Bandung Karena Trotoarnya Sejuk dan Sepi

Ke Bandung Karena Trotoarnya Sejuk dan Sepi

Ilustrasi Alih Fungsi Trotoar yang terkadang mengganggu bila volume pejalan kaki menjadi tinggi. (Image: Fons Heijnsbroek on Unsplash)

YourBandung – Bandung, kota paling maju di dataran tinggi Jawa Barat, telah lama dikenal sebagai salah satu destinasi favorit bagi warga Jakarta yang ingin melarikan diri dari panas dan hiruk-pikuk ibu kota. Dengan iklim yang relatif lebih sejuk sepanjang tahun, dibandingkan di Metropolitan Jakarta, Bandung dan sekitarnya memang menawarkan kesegaran udara yang sulit ditemukan di Jakarta.

Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, kualitas udara di dua kota ini juga telah mengalami penurunan. Untungnya, Bandung didukung oleh posisinya yang lebih tinggi di atas permukaanlaut dan dekat dengan rangkaian pegunungan di sekelilingnya yang menjadi dapur penghasil oksigen dan penyerap gas karbon dari hasil kegiatan manusia.

Alih Fungsi Beberapa Jalur Trotoar yang Mereshakan

Sejak dulu, Bandung dikenal dengan julukan “Paris van Java” yang mencerminkan pesona romantis dan iklim sejuknya. Warga Jakarta seringkali mengambil liburan singkat ke Bandung untuk menikmati cuaca yang lebih nyaman dan udara yang lebih segar. Terletak di ketinggian, Bandung menyuguhkan suhu yang relatif sedikit lebih rendah, khususnya di malam hari. Ini menjadikan Bandung sebagai destinasi liburan yang populer, terutama pada akhir pekan.

Meskipun Bandung menawarkan iklim yang sejuk, ada sebuah permasalahan yang cukup mencolok ketika kita berjalan-jalan di tengah kota ini: trotoar yang sepi. Bandung memiliki trotoar yang cukup luas di banyak bagian kota, namun jarang sekali digunakan oleh pejalan kaki.

Trotoar sempit di beberapa kawasan telah dibuat lebar dan lebih nyaman bagi pejalan kaki di Kota Bandung

Stigma trotoar yang digunakan untuk berjualan tidak selamanya berlaku di semua sisi kota. Di banyak bagian, memang pedagang masih belum disiplin untuk membuka usahanya dan acap kali memblokir jalur pejalan kaki.

Tagline Kota Bandung sebagai surganya street food membuat para pedagang yang belum paham dan tidak mendapatkan sosialisasi yang tepat, memanfaatkan lahan kosong di perkotaan terutama trotoar sebagai ‘upaya mendukung wisata kuliner street food’ yang kurang diaplikasikan dengan tepat.

Banyak trotoar di Bandung juga lebih sering menjadi tempat parkir kendaraan bermotor atau digunakan untuk keperluan lainnya, sehingga pejalan kaki seringkali terpaksa berjalan di pinggir jalan yang tidak selalu aman. Permasalahan ini telah menjadi sorotan bagi warga dan pengunjung Bandung, karena potensi untuk terjadinya kecelakaan lalu lintas dan kesulitan bagi pejalan kaki.

Trotoar Bandung Masih Banyak Tersedia Untuk Pejalan Kaki

Meskipun demikian, Bandung masih mempertahankan sejumlah kawasan yang rindang dengan pohon-pohon besar yang memberikan kesan hijau di tengah kota. Di beberapa kawasan seperti Pasteur, Jalan Riau, Dago, dan Sukajadi, pohon-pohon rindang masih mendominasi lanskap kota. Kehadiran pohon-pohon ini memberikan nuansa segar dan menenangkan, sekaligus menjadi bagian dari warisan hijau Bandung.

Untungnya lagi, di kawasan-kawasan ini pun trotoar masih aksesibel dan tidak dijejali pedagang atau menjadi lahan parkir. Pejalan kaki masih dengan nyaman dapat memanfaatkan keberadaan trotoar untuk berjalan atau berolahraga lari.

Beberapa trotoar dibuat di atas jalan seperti di Jalan Cihampelas dan juga di Hutan Kota Babakan Siliwangi.

Sebagian trotoar dibuat lebar, dan sebagian lagi masih disediakan secara konvensional. Trotoar konvensional ini dibuat di atas permukaan jalan sehingga saat berada di bagian pintu masuk sebuah gedung atau perumahan, maka trotoar otomatis terpotong. Dengan demikian pelari atau pejalan kaki harus merasakan momen naik turun trotoar yang sedikit lebih sering dibandingkan berjalan di trotoar lebar dan modern. Beberapa trotoar seperti di Jalan Asia Afrika dibuat lebar bahkan dilengkapi dengan urban furniture seperti bench dan bola-bola batu hiasan, serta lampu penerangan yang estetik.

Green Belt Sebagai Zona Hijau Alternatif Kota Bandung

Konsep green belt telah menjadi elemen integral dalam perencanaan kota modern. Ini adalah kawasan hijau yang berfungsi sebagai buffer zone atau zona penyangga, memisahkan intensitas perkotaan dari kealamian perdesaan. Konsep ini diusung oleh Kopenhagen Denmark dan juga Chicago atau New York City, Amerika Serikat yang menargetkan menjadi kota dunia yang bebas emisi karbon dengan green infrastructure.

Green belt bukanlah semata taman yang indah. Kawasan ini adalah benteng alam yang mengemban berbagai peran penting. Pertama-tama, green belt berfungsi sebagai peneduh alami yang mengurangi suhu kota dan menyeimbangkan iklim mikro. Mereka juga berperan sebagai pelindung dengan kemampuan menahan partikel debu dan mengurangi polusi suara, menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih sehat.

Sebagai hutan kota, green belt tidak hanya menciptakan jalur oksigen segar, tetapi juga merawat keanekaragaman hayati lokal. Mengendalikan risiko banjir dan longsor juga merupakan peran yang tak bisa diabaikan. Green belt mampu menyerap dan mengalirkan air hujan dengan efisien, serta memperkuat sistem drainase.

Tak kalah penting, green belt juga menjadi ruang rekreasi bagi penduduk kota. Di sini, mereka dapat berolahraga, bersantai, atau sekadar menikmati keindahan alam di tengah hiruk-pikuk perkotaan.

Dengan adopsi konsep green belt yang semakin meluas, kita bukan hanya berinvestasi dalam kualitas hidup saat ini, tetapi juga dalam masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Green belt bukan sekadar elemen lansekap. Ini merupakan  dasar dari visi masa depan yang lebih sejuk dan lestari.

Bandung masih tetap menjadi destinasi yang menarik bagi mereka yang menginginkan udara sejuk di tengah kota. Meskipun ada masalah yang perlu diatasi, seperti penggunaan trotoar yang belum optimal, kota ini masih memiliki potensi besar untuk menjadi lebih ramah bagi pejalan kaki dan menjaga kehijauan alamnya. Dengan perbaikan infrastruktur dan kesadaran masyarakat, Bandung bisa mempertahankan reputasinya sebagai kota sejuk dengan lingkungan yang nyaman bagi semua orang.**