Beranda Transportasi Pilih Mana: Kereta Api atau Kereta Cepat?

Pilih Mana: Kereta Api atau Kereta Cepat?

Kupasan Sudut Pandang Psikologis Pemasaran

Seorang kreator video @Superalbstravels menikmati perjalanan dengan Argo Parahyangan untuk pertama kalinya dan sangat menikmati setiap momen. (Instagram @superalbstravels)

YOURBANDUNG – Memperbandingkan dua hal yang berbeda sering disarankan untuk tetap relevan dalam membandingkannya. Mereka bilang, ‘apple to apple’ atau membandingkan dua hal harus adil, yang maknanya perbadingan terhadap dua entitas atau objek yang serupa karakteristiknya. Tujuannya tidak lain untuk mendapatkan solusi atau keputusan berdasarkan informasi yang optimal.

Membandingkan Argo Parahyangan dari PT KAI dengan KCJB dari PT KCIC untuk titik keberangkatan dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya boleh saja disebut perbandingan apple to apple.Dua moda transportasi ini menampilkan karakteristik yang memiliki banyak kesamaan, tapi jelas ada perbedaan.

Komparasi Intrinsik: Pertarungan Bisnis vs Eksekutif

Sebelum membandingkan antara Argo Parahyangan dengan KCJB, boleh kalau kami usulkan agar Anda membandingkan satu komponen yang akan diangkat dari keduanya. Misalnya, harga.

Sudah jelas harga tiket antara dua jenis kereta ini berbeda jauh. Tapi kita kesampingkan dulu perbandingan antara Argo Parahyangan dengan KCJB. Kita hanya akan memfokuskan perhatian kita pada Argo Parahyangan saja.

Di dalam Argo Parahyangan, kita pun tahu ada perbedaan harga antara kelas bisnis dengan kelas ekekutif. Keduanya sekarang sudah memberikan kenyamanan hampir sama, misal AC yang sejuk, toilet yang bersih, tingkat kebersihan dan pelayanan yang hampir serupa. Perbedaannya sempat terasa pada tempat duduk dengan reclining seat dan bantal kecil, serta charging station di tiap titik meja penumpang. Soal kecepatan? Yang satu ikut yang lainnya, jadi persis sama.

Mana yang kita pilih? Eksekutif atau Bisnis?

Di dalam dunia pemasaran produk, hal ini sering dilakukan. Namanya differentiation. Upaya menonjolkan satu aspek atau lebih agar produk yang satu sedikit terlihat lebih unggul walau nilai yang didapatkannya tidak begitu berbeda, sehingga produsen dapat menetapkan harga lebih, dan konsumen bisa memilihnya. Keuntungan produsen bisa ditingkatkan dan konsumen ‘terpuaskan.’

Membangun stasiun terkoneksi dengan jalur ke dalam kota, KCJB melengkapi dirinya agar semakin friendly. (Image: Instagram of @keretacepat_id)

Komparasi Ekstrinsik: Level Up, Membandingkan Dua Jenis Kereta

 Nah, sekarang, setelah kita paham bahwa untuk Argo Parahyangan saja, kita bisa memilih antara yang harga ‘biasa’ dengan harga yang ‘sedikit lebih mahal’ padahal nilainya hampir sama bagi kita. Kita mau dan bersedia membayar lebih karena ingin mendapatkan apapun yang diakibatkan saat membeli yang ‘lebih mahal’, atau kita hanya membayar yang paling make sense  atau masuk akal  karena motivasi kita hanya ingin sampai di tujuan.

Jadi, selalu ada dua pandangan berbeda yang justru adanya di dalam diri kita. Hal ini sering kita kenal dengan motivasi atau intension. Motivasi memengaruhi perilaku. Dunia penelitian psikologi sudah ramai membahasnya sejak tahun 80-an bahkan sebelumnya. Bahkan motivasi pun ternyata dipengaruhi banyak faktor, seperti norma lingkungan, kendali terhadap perilaku, pengalaman masa lalu, dan kesempatan.  

Anda bisa saja tak peduli apakah AC-nya mengandung pewangi atau tidak, kursinya dihiasi bantal kecil atau boneka beruang atau tidak, warnanya biru atau hijau toska, atau colokan listriknya di bawah meja atau di bawah kursi, atua di langit-langit gerbong. Anda hanya ingin sampai di tujuan dengan selamat, tepat waktu sesuai yang dijanjikan, dan tidak kepanasan seperti sedang membakar batu bata merah di dekat tungku perapian. Anda tak banyak pikir, dan membeli tiket kelas bisnis.

Mungkin juga Anda teramat sangat peduli dengan momen dari gerbong mana Anda keluar menapakkan kaki nanti, bentuk kursi kelas eksekutif yang elok saat Anda selfie di atasnya, dan Anda memikirkan apa yang dipikirkan penumpang sebelah bahwa Anda pun ‘sepenting’ dan ‘semampu’ mereka saat beberapa hal terpusat pada prestise dan gengsi, atau perasaan ‘memanjakan’ diri dengan yang terbaik. Baru lah Anda membeli tiket kelas eksekutif.

Jika itu penting, bahkan kecepatan adalah hal yang sangat berharga bagi Anda, jangankan kelas eksekutif, tiket Whoosh pun, di kelas manapun dan di manapun Whoosh atau KCJB itu berhenti, selama waktunya jauh lebih cepat, gengsinya lebih tinggi, apalagi trend-nya sedang memuncak, dan semakin harganya diumumkan jauh lebih tinggi dari ‘yang biasa’ saja, mungkin Anda akan langsung membelinya. “Ini momenku,” bisik hati Anda, betul?

Baca Juga Artikel Pendek ini: Memandu Secara Mandiri Berwisata di Kota Bandung

Intinya, Anda akan pergi dengan apa atau yang mana, tergantung dari seberapa besar Anda memperhatikan motivasi Anda.Kecepatankah? Tingkat kenyamanakah? Gengsikah? Atau Anda hanya ingin ‘enjoy the ride’ saja. Selamat, sampai tujuan. ***