Beranda Acara Bandoeng Lautan Onthel 2016 : Kajoeh Sepeda Kenang Sedjarah

Bandoeng Lautan Onthel 2016 : Kajoeh Sepeda Kenang Sedjarah

“Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
Selalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang”

Begitu satu potongan lirik lagu “Guru Oemar Bakri” yang dibawakan Iwan Fals di album Sarjana Muda pada tahun 1981. “Guru Oemar Bakri”, satu lagu yang langsung terbesit saat mendengar kata sepeda onthel atau sering disebut juga dengan sepeda kumbang.

Sepeda onthel ini memang memiliki nilai yang lebih dari segi keunikan bentuk serta sejarah yang melekat di dalamnya. Tak jarang kita melihat berbagai film berlatar jaman perang dunia ataupun foto dari buku sejarah memperlihatkan bahwa onthel menjadi kendaraan masyarakat saat sebelum kendaraan bermesin belum banyak digunakan. Oleh karena itu onthel kini memiliki nilai prestisius tersendiri yang membuat harganya cukup melambung di pasaran tak kalah dengan sepeda gunung.

_MG_1444

Nilai yang dimiliki oleh onthel inilah yang membuat berbagai macam komunitas sepeda onthel hadir di tengah-tengah masyarakat, beberapa di antaranya adalah PSBB (Paguyuban Sapedah Baheula Bandoeng) dan KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia). Dari tahun ke tahun penggemar sepeda onthel ini terus bertambah seiring dengan makin besarnya komunitas onthel serta kencangnya arus informasi melalui media internet. Oleh karena itu PSBB yang didukung oleh KOSTI menyelenggarakan perhelatan akbar bertajuk “Bandoeng Laoetan Onthel” yang digelar untuk keempat kalinya di Bandung pada 6-8 Mei 2016 bertempat di Gudang Persediaan PT. KAI Jl. Sukabumi No,20 Bandung.

Residen PSBB Yahya Johari atau yang akrab dipanggil Aboy ini berharap, setelah 4 kali penyelenggaraan dan konsisten, BLO (Bandoeng Laoetan Onthel) menjadi agenda tetap tiga tahunan yang didukung Pemerintah Kota Bandung maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebelumnya BLO pernah diselenggarakan untuk pertama kalinya di tahun 2007, BLO II di tahun 2010 dan BLO III di tahun 2013. Pada penyelenggaraannya, selain sebagai ajang silaturahmi di antara para penggemar sepeda tua di Indonesia dan luar negeri, BLO juga sekaligus berupaya memberi kontribusi di ranah pariwisata baik untuk Kota Bandung ataupun Provinsi Jawa Barat, apalagi tanggal diadakannya BLO tahun ini bertepatan dengan momen long weekend di Indonesia.

“Pada momentum ini juga kami PSBB sebagai bagian dari masyarakat Jawa Barat, turut mensosialisasikan Pekan Olahraga Nasional tahun 2016 yang akan digelar di jawa Barat. Rencananya Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar dan istri Bapak Gubernur Jawa Barat yaitu ibu Netty Heryawan akan hadir pada hari minggu dan turur bersepeda, memberi sambutan acara BLO IV sekaligus sosialisasi PON Jabar, “ tutur Aboy.

Tak hanya memamerkan sepeda onthel, BLO IV ini juga menggandeng manajemen Pasar Antik Tjikapoendoeng Bandung untuk bekerjasama menghadirkan puluhan merchant berbagai macam benda jadul yang sekarang sudah sulit ditemukan. Dari mulai perabot makan kuno sampai piringan hitam langka yang diburu kolektor. Ashwep Wahyudi, salah satu merchant reguler Pasar Antik Tjikapoendoeng yang bergabung di BLO IV ini mengaku tertarik mengikuti event ini karena di setiap penyelenggaraan BLO selalu menarik perhatian massa penggemar barang antik dari seluruh nusantara, tak terkecuali wisatawan mancanegara. Ashwep berharap barang dagangannya dapat laku keras, terutama barang andalannya yaitu sebuah gramophone tua yang ia jual seharga Rp. 15 Juta. Tak hanya merchant barang antik dari Bandung, Anggoro yang memiliki gallery barang antik di Solo, mengaku langsung tertarik ketika melihat publikasi acara BLO di dunia maya. Anggoro tertarik dengan event ini karena BLO ini memiliki pamor yang besar secara international, serta Bandung yang memiliki citra pariwisata heritage yang kuat sehingga diharapkan menjadi daya tarik pariwisata bagi warga Bandung sendiri maupun para pelancong yang sedang menghabiskan libur panjangnya di Bandung.

_MG_1424

Pengunjung yang hadir di hari pertama BLO IV ini pun tak kalah beragam dan unik dengan benda yang dipamerkan disini. Tak sedikit para onthelis yang hadir menggunakan kostum layaknya seorang noni Belanda, koboy ataupun seorang pejuang kemerdekaan. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Abah Utis, pria yang tampil nyentrik dengan balutan kostum pertapa yang dilapisi oleh puluhan batu akik ini mengaku sangat menyukai sepeda onthel, selain batu akik tentunya. Abah Utis sengaja datang dengan baju kebesarannya karena ingin ikut memeriahkan gelaran BLO ini, namun pria yang bernama asli Sutisna ini tidak membawa sepeda onthel kesayangannya karena sudah tidak kuat mengayuh sepedanya di usianya yang sudah tua. Abah Utis pun mengharapkan berbagai keseruan dapat ia rasakan di gelaran event yang rutin diselenggarakan 3 tahunan ini, maka dari itu ia rela meninggalkan klinik patah tulangnya di Cibaduyut selama BLO berlangsung.