Beranda Acara Suntenjaya Culturart Festival Bandung Promosikan Kearifan Lokal Budaya Sunda dari Sebuah Desa...

Suntenjaya Culturart Festival Bandung Promosikan Kearifan Lokal Budaya Sunda dari Sebuah Desa Wisata

Kemeriahan Suntenjaya Culturart Festival pada Sabtu (21/7).

Di kawasan Kabupaten Bandung Barat, terdapat lima desa wisata yang saat ini sedang dalam pengembangan. Salah satu di antaranya adalah Desa Suntenjaya yang terletak di kawasan Cibodas, Lembang. Dibandingkan dari empat desa wisata lainnya, Desa Suntenjaya memiliki objek wisata yang paling beragam. Hal inilah yang kemudian menggerakkan Anita Nuraini Gina, seorang mahasiswi Politeknik Negeri Bandung (Polban) untuk mencoba mempromosikan keberadaan Desa Wisata dan kearifan lokal budayanya ini ke wisatawan melalui Suntenjaya Culturart Festival.

Acara Suntenjaya Festival ini diselenggarakan pada Sabtu (21/7) lalu dengan menghadirkan berbagai macam pertunjukkan seni budaya Sunda yang keseluruhan penampilnya berasal dari warga setempat, seperti degung, rampak kendang, jaipong, dan pencak silat. Namun, dari kesenian yang ditampilkan, kesenian benjang menjadi atraksi yang paling ditunggu pengunjung. Hal ini dikarenakan kesenian yang satu ini sudah hampir terlupakan oleh masyarakat. Dalam seni benjang, pemainnya akan memperagakan gerak bela diri yang diiringi dengan musik.

Kesenian Benjang pada Suntenjaya Culturart Festival

Selain dapat menyaksikan langsung kesenian Sunda yang ditampilkan di panggung, pengunjung pun bisa mampir ke beberapa booth yang telah disediakan oleh panitia. Beberapa di antaranya mempromosikan kuliner, kerajinan, serta tempat wisata sekitar. Di booth tersebut, seorang guide akan menjelaskan titik-titik mana saja yang menjadi daya tarik wisata di Desa Suntenjaya, seperti Taman Bincarung, Situs Batu Loceng, Curug Cikuda Keling, Curug Luhur, Curug Cibodas dan Batu Ampar. Dengan membayar Rp10.000 untuk tiket masuk ke acara ini, pengunjung sudah sekaligus dapat mengakses tiga objek wisata Desa Suntenjaya.

Tak hanya menyimpan keindahan alam, Desa Suntenjaya pun memiliki sejarah panjang yang tentunya menarik untuk ditelusuri. Di sinilah titik pertama penyiaran agama Islam di tanah Sunda sekaligus merupakan desa pertama yang berdiri di kawasan Cibodas. Lalu ada juga situs Batuloceng yang konon katanya menjadi penanda datangnya bencana alam pada masa lampau. Sesuai dengan namanya, Batuloceng bentuknya menyerupai sebuah lonceng berukuran besar. Karena bentuknya yang ikonik, Batuloceng kemudian dibuat replikanya dan kini menjadi penghias Kantor Desa Suntenjaya. Di samping keberadaan replika Batuloceng, kantor desanya juga menjadi sebuah atraksi tersendiri bagi wisatawan yang bertandang. Rancangan bangunannya hampir seluruhnya terbuat dari kayu, termasuk furniturnya.

Kantor Desa Suntenjaya yang Berdesain Unik

Untuk ke depannya, tentunya diharapkan Suntenjaya Culturart Festival ini akan digelar rutin setiap tahun, dan dapat membuat Desa Wisata Suntenjaya lebih dikenal oleh masyarakat luas dan wisatawan.