Beranda Acara Asia Tourism Forum 2016: Sebuah Pendekatan Perspektif Baru Pariwisata

Asia Tourism Forum 2016: Sebuah Pendekatan Perspektif Baru Pariwisata

“Dan Bandung, bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi”

Familiar dengan kutipan tersebut? Saya rasa bagi warga Bandung dan wisatawan yang pernah mengunjungi Jalan Asia Afrika tak asing dengan kalimat tersebut. Satu perkataan yang dilontarkan oleh seniman dan penulis buku asal Bandung, yakni Pidi Baiq. Kalimat tersebut diabadikan di satu sisi dinding terowongan jembatan penyebrangan Jalan Asia Afrika oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil, pada peringatan Konferensi Asia Afrika Ke-60 tahun lalu.

Bandung telah banyak berkembang selama 3 tahun terakhir baik dari segi infrastruktur, system pemerintahan dan tentu saja pariwisatanya. Oleh karena itu Kota Bandung beserta dengan STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Bandung mendapat kehormatan kembali untuk menjadi tuan rumah Asia Toursim Forum (ATF) pada tahun 2016 ini, setelah sebelumnya STP Bandung menyelenggarakan ATF di tahun 2012.

ATF merupakan event akbar dua tahunan yang pertama kali digelar pada tahun 1993, digagas oleh Prof. Kaye Chon dari Hongkong Polytechnic University yang didasari kebutuhan akan adanya sebuah forum internasional dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata Asia di awal 90-an.

Selama 3 hari penyelenggaraan ATF 2016, yang dimulai dari tanggal 7-9 Mei 2016 memiliki beberapa agenda. Untuk hari pertama acara difokuskan di Gedung Sate dengan agenda pembukaan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya serta seminar yang diisi oleh Keynote Speakers. Hari kedua kompetisi karya ilmiah yang dilangsungkan di STP Bandung selama sehari penuh. Di hari ketiga para peserta Asia Tourism Forum diajak untuk langsung mengunjungi tempat-tempat wisata potensial di Bandung.

“A New Approach To Wonderful Tourism” merupakan tema yang diusung oleh penyelenggara ATF 2016 kali ini. Tema tersebut diangkat untuk mengangkat lokasi-lokasi yang memiliki potensi wisata, namun kurang populer di kalangan warga lokal maupun wisatawan. Tema tersebut yang coba diterjemahkan pihak penyelenggara melalui Tour yang berlangsung pada hari terakhir ATF 2016 dan menawarkan 5 paket tour yang dapat dipilih para peserta yang diantaranya; When Batik Meets Fractal Technology, Beyond Fine Arts, Lesson For Life, Home of The Sundanese Grass Root Artist dan Cireundeu’s Local Wisdom.

Tim dari YourBandung berkesempatan untuk mengikuti salah satu paket tour yang ditawarkan, yaitu Beyond Fine Arts Tour. Rute tour perjalanan Beyond Fine Arts melalui Gallery dan workshop dari pematung Rita Widagdo, Gallery dan rumah tinggal dari pelukis A.D Pirous, serta Selasar Sunaryo dan WOT Batu.
Destinasi pertama dari tour Beyond Fine Arts adalah rumah tinggal dan gallery Ibu Rita Widagdo yang tak jauh dari starting point di STP Bandung.

_MG_1862

Ibu Rita Widagdo merupakan pematung yang juga dosen pengajar di ITB, beliau sebelumnya tinggal diJerman dan bernama asli Rita Wizemann. Kemudian ia menikah dengan Prof. Widagdo yang merupakan dosen ITB, sehingga nama Rita Widagdo menjadi familiar dengannya kini.

Karya instalasi dari Ibu Rita Widagdo ini sudah tersebar di berbagai kota di Indonesia dan memiliki ciri bentuk dan penggunaan material yang khas, yaitu aluminium dengan bentuk yang abstrak namun syarat akan makna. Hasil karya Ibu Rita Widagdo yang bisa langsung dilihat di Bandung adalah instalasi berbentuk uang koin kuno yang terpasang di depan pintu utama gedung Bank Indonesia Jalan Braga Bandung. Akan tetapi satu instalasi buatannya yang menjadi favoritenya adalah Parameswara di Palembang.

Rumah dan Gallery dari Ibu Rita Widagdo ini sangat luas membentang ke bagian belakang dan memiliki taman belakang rumah yang sangat asri. Beberapa instalasi karyanya rata-rata cukup besar, sehingga ia hanya menampilkannya dalam bentuk gallery foto. Sedangkan instalasi yang berukuran kecil ia menyimpannya di sebuah ruangan yang ia bangun khusus.
Setelah puas melihat hasil karya serta mendengar cerita yang disampaikan oleh Ibu Rita Widagdo, para peserta melanjutkan perjalanan mereka ke arah Bukit Pakar Timur di daerah Dago, menuju kediaman seorang seniman yang dikenal dengan nama Abdul Djalil Pirous.

Bapak Abdul Djalil Pirous atau yang lebih dikenal dengan A.D Pirous ini merupakan salah satu guru besar di ITB, beliaulah yang mempelopori pendidikan seni rupa di ITB. Di dunia beliau memiliki pamor yang sangat besar. Pria yang berasal dari Aceh ini dikenal sebagai seorang seniman yang melejitkan seni kaligrafi di Indonesia.

Sama halnya dengan Ibu Rita Widagdo, galeri Bapak A.D Pirous ini sangat luas dan nyaman pula sebagai tempat tinggal. Berbagai lukisan dipamerkan memiliki makna yang sangat mendalam, seperti sebuah lukisan yang menggambarkan tragedi Tsunami di Aceh pada tahun 2004 serta invasi Amerika terhadap Irak pada tahun 2003.

Saat waktu makin siang, hujan mulai turun namun semangat peserta ATF 2016 tidak ikut luntur dan berjalan melanjutkan perjalanan ke arah Selasar Sunaryo yang tidak jauh dari kediaman Bapak A.D Pirous.

Selasar Sunaryo merupakan destinasi tour yang lebih populer namanya dibandingkan dua lokasi sebelumnya. Setelah makan siang di Kopi Selasar, peserta diajak mengelilingi satu eksibisi multimedia yang bertajuk “Chaotic Jumps”, yang merupakan sebuah karya dari seniman multimedia Krishna Murti di Ruang B Selasar Sunaryo. Dari Ruang B, peserta dipandu untuk menuju Ruang A Selasar Sunaryo, tempat dimana berbagai Instalasi yang dibuat Pak Sunaryo dipamerkan. Dengan judul “Menengok Langkah” peserta tour ATF 2016 diperlihatkan karya instalasi yang dibuat Pak Sunaryo selama tahun 1999-2014. Instalasi yang dibuat menggambarkan berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia seperti tragedi lumpur Lapindo, tragedi bom Bali, serta kasus penebangan hutan di Sumatra.

Tak jauh dari Selasar Sunaryo, hanya tinggal menyeberangi jalan yang berada di depannya, peserta Tour ATF 2016 diperkenalkan dengan satu lokasi wisata unik yang juga dibuat oleh Pak Sunaryo bernama WOT Batu. WOT Batu baru saja diresmikan pada tahun 2015 lalu oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan. Baru saja menginjakkan kaki ke dalam area WOT Batu, peserta langsung dibuat takjub oleh keberadaan sebuah dinding raksasa yang mengingatkan pada dinding labirin satu film Hollywood yang berjudul “Maze Runner”. Belum berbagai instalasi batu yang menyerupai Stone Henge di Inggris menghiasi setiap sudut taman di WOT Batu sangat memukau lokasi pamungkas dari tour Beyond Fine Arts hari ini. Tak hanya unik secara fisik, WOT Batu juga memiliki pengemasan kunjungan wisatawan yang sangat menarik dan menyenangkan. Sebuah pemanduan disertai game yang menarik membuat penutup yang tak terlupakan di tour ATF 2016 ini.

_MG_1641s

Tour seperti inilah yang seharusnya diangkat sebagai realisasi dari pendekatan baru pariwisata Indonesia, khususnya Bandung. Kini Bandung tak hanya memiliki wisata kuliner dan fashion, ataupun wisata alam dataran tinggi di daerah Lembang dan Ciwidey, Bandung juga memiliki wisata yang dapat dikunjungi seperti lokasi destinasi di tour Beyond Fine Arts ini yang memiliki keunikan dan kearifan lokal untuk ditonjolkan.